Fikirkanlah dan renungkan maksud kata-kata Ibnu al-mubarak di atas. Moga kita dapat bermuhasabah dengannya. ALLAHU A`LAM.

Size: px
Start display at page:

Download "Fikirkanlah dan renungkan maksud kata-kata Ibnu al-mubarak di atas. Moga kita dapat bermuhasabah dengannya. ALLAHU A`LAM."

Transcription

1 3 Tingkatan Ilmu `Abdullah bin al-mubarak mengatakan bahwa: Belajar ilmu itu mempunyai 3 tingkatan: 1) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong. 2) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`(merendahkan diri). 3) Barangsiapa yang sampai ke tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahwa dia tidak tahu apa-apa. ALLAHU AKBAR! Kata-kata ini cukup dapat mengetuk jiwa ini! Betapa terlihat di sekeliling kita akan kelompok-kelompok manusia sesuai dengan apa yang disebut di dalam kata-kata di atas. Yang dimaksudkan dengan sombong bagi peringkat pertama di atas ialah dia merasakan bahwa dirinya sudah tahu banyak perkara. Lalu dengan perasaan sombong dia mulai berani mengatakan itu dan ini, melabel itu dan ini dan terburu-buru. Hal ini banyak kelihatan di sekeliling kita. Ada yang sombong, angkuh dan merasa besar diri dengan ilmu mereka. Ternyata mereka ini adalah golongan yang baru di peringkat awal menuntut ilmu. Ramai di peringkat ini. Bahkan kita semua juga masih di peringkat ini. Kita selalu merasa diri sudah hebat dan mengatakan orang lain salah disebabkan mereka tidak sama dengan pandangan atau pendapat atau ilmu atau pengalaman kita. Mengetahui bahwa kita masih di peringkat pertama, justeru bersabarlah. Jangan terlalu lekas melabel. Teruskan belajar dan belajar supaya hikmah semakin menebal di dalam diri. Golongan yang lebih tinggi dari golongan pertama ialah segolongan yang tawadhu` dengan apa yang ada pada mereka. Mereka merendahkan diri dengan ilmu mereka walaupun di dalam dada mereka sudah banyak ilmu dan pengalaman. Sebenarnya ilmu dan pengalaman yang banyak itulah yang menyebabkan mereka faham tentang hakikat ilmu. Lalu mereka berasa tawadhu`. Dan yang paling tinggi dan hebat akan tingkatan ilmu mereka ialah apabila mereka merasakan mereka tidak tahu apa-apa. Ini karena hakikat ilmu semakin jelas dan nyata di hadapan mata dan hati mereka. Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka. Justeru, mereka bukan saja tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu, mereka lalu berasakan mereka tidak tahu apa-apa lantaran terlalu luasnya ilmu sehingga mereka bisa lemas di dalamnya. Fikirkanlah dan renungkan maksud kata-kata Ibnu al-mubarak di atas. Moga kita dapat bermuhasabah dengannya. ALLAHU A`LAM.

2 3 tingkatan orang berilmu Ada 3 tingkatan orang berilmu yaitu: 1. Orang berilmu yang dengan ilmunya menjadikan orang itu merasa pintar 2. Orang berilmu yang dengan ilmunya menjadikan seseorang itu disukai Allah dan dicintai orang 3. Orang berilmu yang dengan ilmunya menjadikan dirinya semakin tidak tahu apa-apa. Tingkatan pertama akan menjadikan seseorang itu sombong, sementara yang kedua akan menjadikan seseorang itu tawadhu, rendah hati dengan sikap semakin berilmu semakin merunduk (seperti filosofi pertumbuhan padi). Sementara orang berilmu yang ke tiga akan menjadikan dirinya menjadi tidak tahu apa-apa, dirinya merasa bodoh. Dirinya tiada puas dalam menuntut ilmu, semakin digali ilmunya maka semakin nampaklah kebodohan (ketidak tahuan) dirinya dihadapan Allah SWT. Orang yang berilmu yang ketiga, dia menyadari ilmu yang diberikan adalah hanya setetes dari lautan samudera. Walaupun setetes dia sudah sangat bersyukur karena dapat merasakan buah atau makrifat / kelezatan ilmunya. Bagaimana ilmu Allah itu? Keluasan Ilmu Allah adalah seperti diuraikan dalam Al Quran sebagai berikut : Firman Allah : Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Luqman : 27) 3 tingkatan pemahaman ilmu, kita posisi manakah? SECANGKIR ILMU PAHAM. Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah "paham". Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya. Tingkat ke dua terbawah adalah "kurang paham". Orang kurang paham akan terus belajar sampai dia paham.., dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul 2 pemahaman yang benar...! Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah paham. Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya meminta maaf atas kesalah-pahamnya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat tertinggi dari ilmu. Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah gagal paham. Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan. Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau lagi menerima ilmu dari orang lain. Tidak mau lagi menerima masukan dari siapapun (baik itu nasehat dll ), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu (nasehat) dari yang dia suka saja..., bukan ilmu yg disampaikan, tapi siapa yang menyampaikan..?

3 Tertutup hatinya. Tertutup akal pikirannya. Tertutup pendengarannya. Tertutup logikanya. Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya sendiri. Parahnya lagi..., Dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham. Dia tetap dengan dirinya, dan dia bangga dengan ke-gagal paham-annya... "Kok paham ada di tingkat terbawah dan gagal paham di tingkat yang paling tinggi? Apa tidak terbalik?" "Orang semakin paham akan semakin membumi, menunduk, merendah. Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa se-akan 2 dia tidak tahu apa-apa... Dia terus mau menerima ilmu, darimana-pun ilmu itu datangnya. Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi dia melihat.., apa yang disampaikan..! Dia paham.., ilmu itu seperti air, dan air hanya mengalir ke tempat yang lebih rendah. Semakin dia merendahkan hatinya, semakin tercurah ilmu kepadanya. Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat tinggi. dia seperti balon gas yang berada di atas awan. Dia terbang tinggi dengan kesombongannya.., Memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak sepaham dengannya, Dan merasa akulah kebenaran...! Masalahnya.., dia tidak mempunyai pijakan yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak. Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang pasti. Akhirnya dia terbawa ke-mana 2 sampai terlupa jalan pulang.., dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan dibinasakan oleh kesombongannya... Dia akan mengakui ke-gagal paham-annya.., dengan penyesalan yang amat sangat dalam. *Jadi yang perlu diingat.., akal akan berfungsi dengan benar, ketika hatimu merendah Ketika hatimu meninggi.., maka ilmu juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal* Ternyata di situlah kuncinya. Lidah orang bijaksana, berada didalam hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya.., tetapi hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya saja yang paling benar dan harus didengar...!"

4 "Ilmu itu open ending" Makin digali makin terasa dangkal. Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu segalanya, berarti dia tidak tahu apa-apa.!" semoga kita selalu mendapatkan *taufiq & hidayah-nya,*serta ilmu yang manfaat dan barokah...! Semoga kita semakin giat mencari ilmu dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Wassalam.- Memahami Tingkatan Ilmu kehidupan Insan dalam Islam Dalam Islam kita mengenal Syariat, Tarekat, Hakekat dan Makrifat. Secara sederhana 4 bagian ini adalah tingkat seseorang dalam memahami Islam. Ke 4 bagian ini adalah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Gugur salah satunya berarti gugur pula keseluruhannya. Pertama, Syariat menyangkut tata hukum karena agar tertib memang manusia perlu diatur dan ditata. Syariat menyangkut : - Ilmu Fiqh, - Ilmu Adab dan lain lain ilmu tentang keagaaman ilahi menurut ajaran Islam. Orang Islam pada tingkat Syareat adalah baru dalam taraf melaksanakan pokok-pokok ajaran Islam belum sampai memahami arti tujuan hukum yaitu hakikat kebenaran. Kedua, Tarekat adalah cara atau jalan mencapai tujuan yaitu kebenaran. Pokok ajarannya adalah dengan memperbanyak Zikir kepada Allah (Dzikrullah). Beberapa tarekat adalah Tarekat Qodariah, Tarekat Sadzaliyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Rifaiyah. Pengikut Tarekat dikenal dengan Salik, sedangkan caranya adalah Suluk. Cara dalam tarekat adalah Khalwat, Muraqabah, Muhasabah dan Mujahadah, sedangkan gurunya disebut Mursyid. Dasarnya adalah Firman Allah: Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benarbenar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).( Al Jin:16). Ketiga, Tingkatan selanjutnya adalah Hakikat, yaitu tingkatan untuk mencari kebenaran hidup dan kehidupan. Orang Islam pada tingkatan ini selalu berkesadaran bahwa semua yang diciptakan Allah SWT memiliki hakekat, seperti hakekat diri, hakekat alam. Dalam pencapaian hakekat sangat bergantung pada Hidayah dan kemampuan akal dan hati yang diberikan Allah SWT kepada seseorang.

5 Keempat, Makrifat adalah tingkatan orang Islam yang sudah memiliki kesadaran penuh bahwa dirinya adalah makhluk fana yang sangat bergantung, serba kekurangan dan lemah berhadapan dengan Allah SWT sebagai yang kekal pemilik sifat dari seluruh kesempurnaan, kebesaran, kekuasaan dan keperkasaan. Pada tingkatan ini diri sudah merasakan kehadiran, pertemuan (Mulaqiyah, Muhadharah, Muwajahah) dengan Allah SWT. Firman Allah : Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (al-ankabut: 69). Makrifat ini adalah inti ajaran Tasawuf. Tingkatan Makrifat adalah Musyahadah (menyaksikan) dan Mukasyafah (terbukanya Tirai Rahasia), mengenai mana yang lebih dulu antara keduanya masih ada perbedaan diantara para ulama. (disarikan dari buku Ketuhanan, KH Haderani) Wallahu a lam